Devania Annesya/ 070810535 devania.annesya@gmail.com Fauzi Rochmad R./ 070810540 fa_love_yach@rocketmail.com | Ayu N. P. P/ 070810709 cuppymarucha@yahoo.com Rolando Virgin/ 070810528 virgin_mboys@yahoo.co.id | Rosa Longi Folia/ 070810518 thecutebones@yahoo.com Zuhair Zubaidi |
Reviewed from The Bretton Wood System in Action, Jeffrey Frieden
Era Bretton Woods (1944-1971)
Bretton Woods system adalah sebuah sistem moneter internasional yang dibentuk pada tahun 1944 bertempat di New Hampshire, Amerika Serikat, sistem ini dibentuk untuk membangun suatu economic order paska Perang Dunia II yang bersifat lebih fleksibel dan stabil. Bretton Woods system juga melahirkan tiga institusi keuangan dunia yaitu IMF, World Bank, dan GATT yang ketiganya bisa disebut sebagai Lembaga Moneter Internasional (LMI) pertama di dunia, pendirian tiga institusi ini dimaksudkan sebagai pilar pendukung untuk menjalankan aturan-aturan dalam Bretton Woods system sehingga sistem ini dapat berjalan secara efektif seperti yang diharapkan. Sistem ini menggunakan Fixed Exchange Rate dengan menggunakan standar dollar-emas sehingga secara efektif mengakhiri sistem standar emas yang umum digunakan sebelumnya, jika dalam sistem standar emas mata uang suatu negara dikonversikan langsung dengan emas, maka dalam Bretton Woods system konversi ditetapkan melalui perantaraan dollar dengan standarnya kurang lebih adalah $35 = 1 ons emas. Sistem ini berjalan dengan sebagaimana mestinya sepanjang tahun 1950-1970 ketika Amerika Serikat yang ekonominya terkuat di dunia pada waktu itu berperan sebagai sebuah hegemon dunia, tetapi, seiring dengan pesatnya perkembangan perekonomian Eropa dan Jepang, mereka tidak lagi membutuhkan bantuan Amerika Serikat, ditambah lagi pada tahun 1970 Amerika Serikat mengalami masalah internal menyangkut Perang Vietnam, dan pada akhirnya sistem ini diakhiri oleh Presiden Amerika Serikat sendiri, Presiden Nixon secara sepihak pada tanggal 15 Agustus 1971.
The Bretton Woods monetary order
Bretton Woods (1-22 Juli 1944)
· Konferensi moneter internasional yang dihadiri oleh 44 negara.
· Tujuan dari Bretton Woods system sendiri adalah bagaimana membangun kembali perekonomian dunia setelah perang, serta bagaimana konferensi tersebut dapat menyepakati hal-hal yang dapat mengurangi kebijakan perdagangan, pembayaran dan nilai tukar yang memiliki dampak yang menghambat perdagangan.
· Ada dua pihak yang menonjol:
1. Amerika Serikat (Harry White)
Ø Biarlah pasar yang mengatur perekonomian internasional.
Ø LMI yang tidak terlalu longgar tetapi juga tidak sesentral bank sentral dunia.
Ø Tetapkan Fixed Exchange: 1 ons emas = $35.
2. Inggris (J.M. Keynes)
Ø mengusulkan IMF untuk menstabilkan pembayaran.
Ø LMI yang tidak tersentralisasi.
· Menghasilkan:
Ø International Monetary Fund (IMF)
Ø International Bank for Reconstruction and Development (IBRD/World Bank)
Ø General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)
· Awal dari perdagangan bebas di dunia.
Aturan main:
- Semua negara mematok mata uang dalam ukuran emas namun tidak dituntut mempertukarkannya dengan emas.
- Hanya dolar AS yang masih dapat ditukar terhadap emas ($35/ons).
- Karena itu, setiap negara memutuskan berapa par value terhadap dolar/emas.
- Sepakat mempertahankan nilai mata uang dalam 1% dari par dengan membeli/menjual valas/emas.
- Devaluasi tidak diijinkan, bila terpaksa maksimal 10%. Lebih dari itu harus seijin IMF.
- Special Drawing Right (SDR) dibuat sebagai aset cadangan internasional (IMF 1967).
Dengan standar seperti itu, Amerika Serikat sebagai anchor system harus menyiapkan devisa yang cukup banyak demi menopang SMI (Sistem Moneter Internasional) sementara ketika itu Amerika Serikat sedang terfokus pada Marshall Plan, sehingga Amerika Serikat juga harus menyediakan $1milyar guna menopang negara-negara di Eropa Barat, serta Amerika Serikat harus merelakan negaranya menjadi pasar bagi negara lain (selama 26 tahun yaitu selama periode tahun 1947-1953).
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Bretton Woods system antara lain, dalam sistem ini terdapat kesetaraan nilai tukar uang (fixed currency), selain itu sistem ini juga mengkombinasikan kebebasan ekonomi dengan integrasi terhadap ekonomi internasional dengan kata lain nilai mata uangnya juga menjadi lebih stabil, ekonomi negara-negara yang mengikuti Bretton Woods system berkembang dengan pesat yang berujung pada perbaikan terhadap international finance setelah kehancuran pada saat Perang Dunia II.
Singkatnya, Bretton Woods system telah memungkinkan terjadinya akselerasi ekonomi secara besar-besaran bagi negara-negara di Eropa Barat dan Jepang sehingga walaupun sebagai negara-negara yang paling terpengaruh imbas destruktif Perang Dunia II namun mampu bangkit dengan cepat menjadi negara kaya dan maju, sampai disebutkan bahwa apa yang dicapai perekonomian Jepang dalam 25 tahun paska Perang Dunia II selama Bretton Woods System setara dengan kemajuan sebuah negara yang baru dicapai melalui usaha selama 100 tahun.
Reviewed from Bretton Woods : Emergence of a global economic regime, Richard Peet
Breton woods system sebuah institusi sistem yang mana muncul ketika pasca perang dunia kedua ketika dimana dunia membutuhkan sebuah institusi sistem moneter yang mana mampu untuk meng-handle pertumbuhan ekonomi dunia pasca terjadi perang yang berkecamuk. Jika kembali mengamati kondisi moneter internasional sebelum hingga pasca perang dunia ke 1 disini terjadi beberapa kali peningkatan perekonomian yang mana selalu menimbulkan apa yang dinamakan dengan penurunan yang mendadak sehingga menimbulkan apa yang dinamakan dengan dengan great depression. Dapat disadari disini pasca perang merupakan masa yang paling berat yang harus dihadapi oleh perekonomian dunia. Dan kebangkitan perekonomian negara-negara yang terlibat perang, seperti peningkatan produksi bahan makanan dan industri, akan membuat produksi global meningkat cepat, jauh melebihi kebutuhan.ini terjadi ketika rekronstruksi pasca perang dunia II dimana GDP perkapita negara Eropa barat di tahun 1950 yang ekuivalen dengan keadaan Amerika serikat di tahun 1905. Dan keadaan ini menimbulkan sebuah upaya proteksi dan devaluasi terus menerus oleh setiap negara eropa barat dengan tanpa memperhatikan perekonomian negara yang laen oleh sebab itu sebanyak 44 negara berkumpul di Desa Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat (AS), tepatnya pada 1-22 Juni 1944.Pertemuan panjang tersebut, yang antara lain dihadiri John Maynard Keynes dari Inggris dan Harry Dexter White dari AS, akhirnya mengambil putusan untuk membangun Sistem Bretton Woods, di mana pendirian International Monetary Fund/ IMF menjadi salah satu pilarnya.Sistem moneter baru tersebut mendasarkan diri pada sistem nilai tukar tetap terhadap dolar AS, sedangkan dolar AS dikaitkan dengan emas, di mana setiap 1 ons emas (sekitar 30 gram) ditetapkan harganya kira-kira sebesar USD28.35.Dengan cara ini, nilai tukar antarmata uang di luar dolar AS juga menjadi tetap.dengan diberlakukannya sistem ini terjadi peningkatan pendapatan perkapita dinegara- negara Eropa yang menjadi dua kali lipat daripada sebelumnya.Konferensi tersebut juga melahirkan Bank Dunia dalam bentuk International Bank for reconstruction and Development (IBRD) serta organisasi perdagangan dunia (semula dirancang dalam bentuk International Trade Organization), yang kemudian muncul dalam bentuk General Agreement in Tariffs and Trades (GATT) pada 1947. Baru pada 1995, World Trade Organization (WTO ) terbentuk. Sistem nilai tukar yang sedemikian mendasarkan diri pada premis bahwa setiap negara harus menjaga keseimbangan neraca pembayarannya. Jika terjadi ketidakseimbangan neraca pembayaran (terutama ekspor-impor), perlu dilakukan langkah perbaikan, baik yang sifatnya sementara (misalnya dengan bantuan IMF) maupun bersifat lebih struktural, yaitu melalui devaluasi atau revaluasi.
Pasca perang dunia II mendorong sebuah pertumbuhan pemikiran moneter yang mendorong ke arah pembentukan sistem moneter ini. Alhasil disini sistem Bretton Woods memberikan sebuah semangat baru bagi seluruh perekonomian dunia ini terbukti dengan adanya peningkatan perekonomian Jepang. Perekonomian Jepang meningkat delapan kali lipat dalam jangka waktu hanya duapuluh lima tahun.disini mengapa dapat terjadi sedemikian rupa? Jepang disini bertransformasi perekonomian dengan sangat cepat ketika terjadi perang Korea ditahun 1950an. Entah disini disebabkan oleh Amerika Serikat atau tidak, namun kenyataan yang ada dimana disini pasca perang Korea orang jepang mendapatkan sebuah ilmu, metode baru, membuat industri baru, menentukan pangsa pasaran ke luar negeri, sehingga mendorong menjadi kekuatan utama di dalam prekonomian dunia. Di sini industri Jepang melakukan sebuah terobosan metode baru yang lebih menerapkan prinsip dari Fordisme dimana Fordisme tidak lain adalah sebuah motode manajemen industri yang berazaskan assembly line atau sering disebut metode ban berjalan dalam proses produksi yang bersifat massal. Konsep tersebut menggambarkan proses ekonomi produksi dengan cara membagi proses produksi ke dalam ratusan atau bahkan ribuan unit kecil. Dengan cara tersebut menurut Ford, ongkos dapat diminimalkan dan keuntungan akan dapat segera dimaksimalkan. Perusahaan Jepang pun mengikuti penerapan kinerja fordisme tersebut. Honda dan toyota, merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan konsep ini melakukan sebuah reformasi kerja yang mengandalkan keberadaan buruh terlatih namun murah. Apa yang terjadi didalam perekonomian Jepang juga terjadi didalam perkonomian Amerika Serikat dan negara Eropa barat yang lain. Amerika Serikat, memperoleh peningkatan pendapatan perseorangan sebesar 75 persen dan disini orang amerika memperoleh kemakmuran seperti yang mereka idamkan sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan Eropa dan Jepang percepatan perekonomiannya tidak begitu cepat karena yang kita ketahui disini Jepang dan Eropa memperoleh percepatan perekonomian yang mencengangkan karena tingginya ekspektasi warga mereka untuk berpastisipasi di dalam perkonomian. Amerika Serikat yang notabene telah menerapkan prinsip fordisme mulai menata kembali perekonomiannya pasca terjadinya great depression. Disini meski fordisme merupakan salah satu penyebab terjadinya great depression, warga amerika tetap menerapkan sistem ini namun disini diterapkan kembali adanya peran pemerintah sebagai regulator dan stabilitator perekonomian seperti apa yang telah di idekan oleh John Maynard Keynes. Di sini terjadi pergeseran peran Amerika Serikat yang mana berubah menjadi pengatur kinerja pasaran dunia yang membuat seluruh dunia harus berkiblat kepada perekonomiannya. Dengan adanya sebuah peningkatan perekonomian yang terjadi. Dapat dilihat ekspektasi terhadap sistem Bretton woods memberikan sebuah dorongan yang cukup signifikan untuk mengembangkan perekonomian dunia.
Terdapat tiga aspek yang mana menimbulkan terjadinya sebuah pembentukan sistem bretton woods ini. Yang pertama dapat kita lihat melalui kondisi politik dan ekonomi. Sebelum terjadinya perubahan sistem menuju ke arah bretton woods, dunia ini masih menetapkan emas sebagai standart moneter dunia. Dan peraturannya cukup simpel dimana yang dimaksud dengan standart emas disini adalah setiap mata uang suatu negara didukung oleh kuantitas emas yang dimiliki oleh bank sentral negara tersebut. Standar emas disini terkait dengan sirkulasi uang logam yang mana terjalin didalam koneksi perekonomian sebuah negara.
Tujuan utama dari sistem uang pemerintahan yang menurut sejarah telah ada untuk menyediakan seigniorage atau laba pembuatan uang, bagi pemimpin pemerintahan dalam rangka menyediakan mereka kekuatan pembelian umum selama masa genting, khususnya pemimpin-pemimpin menggunakan tampuk pimpinan mereka untuk membatasi dan oleh sebab itu tidak dapat menaikan pajak untuk mengeksekusi pembelaan ikatan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup negara mereka. Standar emas menggantikan standar uang logam emas pada abad 17-19 di Barat sebagai perang pembelaan tertentu yang diperluas kepada standar uang logam emas yang sudah tidak lagi layak fungsinya. Sejarah yang sama menaikkan standar sebuah emas di Cina sejak abad ke 9 hingga awal abad ke 17. Kemudian mulai timbul sebagaimana terjadi pada perang-perang besar sebelumnya dibawah standar emas, pemerintahan Inggris menggantungkan nilai tukar uang kertas dari Bank of England pada emas, di tahun 1914 untuk membiayai operasi militer dalam perang dunia pertama. Pada akhir peperangan, Inggris berada pada seri peraturan kesanggupan nilai tukar, yang meng-kurs-kan Permintaan Uang Postal dan Surat-surat Perbendaharaan Negara, yang mana berbeda dari Surat-surat Perbendaharaan Negara Amerika Serikat. Pemerintahan Amerika mengambil ukuran yang sama. Setelah perang, Jerman yang banyak kehilangan emasnya dalam perampasan, tidak sanggup lagi untuk meneruskan percetakan uang logam "Reichsmarks" dan beralih pada nilai tukar uang kertas, meskipun Republik Weimar kemudian memperkenalkan "rentenmark" dan kemudian membuat sisi uang logam yang seluruhnya berlapis emas dalam usahanya untuk mengontrol hiperinflasi. Oleh sebab itu muncul sebuah ide untuk menggeser peranan standar emas menuju ke arah mata uang yang memiliki fleksibilitas yang lebh luwes, dan akhirnya dipilihlah dolar sebagai pengganti emas tersebut.
Yang kedua terdapat dirkursus ekonomi yang mana Setelah perang dunia kedua, sebuah sistem yang sama pada standar emas didirikan oleh perjanjian Bretton Wood. Dibawah sistem ini banyak negara-negara yang memiliki nilai harga emas relatif tetap menukar uangnya pada dollar Amerika. Amerika berjanji untuk menetapkan harga emasnya pada $35 per ons secara implisit, lalu semua mata uang memancangkan pada dollar juga memiliki nilai tetap dalam artian emas. Dibawah pemerintahan President Perancis, Charles de Gaulle sampai tahun 1970, Perancis menurunkan cadangan dollarnya, memperdagangkan mereka untuk emas dari pemerintahan Amerika, hal itu telah mengurangi pengaruh luar negri pada ekonomi. Hal ini, sejalan dengan ketegangan pengeluaran keuangan dari Lyndon Johnson's Great Society dan perang Vietnam, telah mengantar President Richard Nixon untuk menyingkirkan harga tetap emas pada tahun 1971 yang menyebabkan hancurnya sistem tersebut.
Reviewed from International Money Matters, Robert Gilpin
The era of Specie Money
Pada periode pra-modern, benda-benda metal berharga atau specie money berupa emas dan silver berperan sebagai basis dari sistem moneter internasional. Mata uang lokal dan internasional cenderung dipisahkan dari satu sama lain. Sementara perdagangan lokal bergantung kepada barter, perdagangan internasional dilakukan dengan emas atau silver, diantaranya solidus Konstantinopel, dinar Arab, atau ducat Venesia, diterima secara universal dan relative stabil dan kadangkala nilainya bertahan hingga berabad-abad. Baik mencetak menjadi koin atau tetap pada bentuk mentahnya, emas dan silver adalah media netral di perdagangan internasional; emas atau silver satu negara sama baiknya dengan di negara lain. Uang tidak bisa diciptakan karena alasan politis, ini hanya bisa diperoleh melalui perdagangan, merampas, atau menguasai pertambangan. Nilai dari uang internasional sangat bergantung terutama terhadap suplainya dan seringkali berada di luar kontrol masing - masing negara. Uang lokal, bagaimanapun juga, yang berdasarkan lebih kepada komoditi daripada precious metals yang berada di tangan pemerintah.
Di era pre-modern, mata uang internasional mempengaruhi otonomi ekonomi dan politik. Karena suplai dan nilainya ditentukan oleh perdagangan internasional, mata uang tersebut bebas dari pengaruh pemerintah dan pemerintah memiliki keterbatasan kemampuan untuk memanipulasi mata uang yang bergantung pada perdagangan internasional. Di era millennium, sistem moneter internasional apolitis.
Sifat alami dan peran dari sistem tersebut mulai berubah pada abad 16 dan 17 dengan penemuan emas dan silver di Amerika dan ekspansi perdagangan internasional. Pemisahan dari mata uang lokal dan internasional mulai menghilang sebagai konsekuensi dari gelombang besar yang masuk ke Dunia Baru Eropa, tumbuhnya moneterisasi dari perekonomian nasional dan ketergantungan secara ekonomi. Singkatnya, emas dan silver menggerakkan mata uang lokal. Mata uang nasional dan internasional semakin menyatu melalui ekspansi dagang dan aliran moneter, serta pemerintah kehilangan bahkan kemampuan terbatasnya untuk memanipulasi mata uang lokal ; aktivitas perekonomian lokal dan level harga menjadi subjek dari perubahan internasional. Di bawah situasi seperti ini, perekonomian nasional menjadi semakin saling bergantung.
Di awal periode modern, semakin meningkatnya integrasi mata uang lokal dan internasional menyediakan kesempatan kontribusi pertama terhadap science of economics dan dasar bagi perkembangan ekonomi liberal. Dalam teori price-specie flow, David Hume merespon obsesi negara merkantilis dengan menimbun specie melalui sebuah perdagangan surplus dan ketakutan mereka bahwa defisit perdagangan akan menyebabkan kerugian specie besar-besaran. Hume menyatakan bahwa jika sebuah negara mendapatkan specie dalam pembayaran untuk ekspor daripada impor, konsekuensi meningkatnya suplai uang akan menyebabkan harga specie domestik dan ekspornya meningkat. Sebaliknya, ini akan melemahkan negara lain dari membeli barang-barangnya. Di waktu yang sama, masyarakatnya akan mudah untuk mengimpor lebih karena relative value dari mata uang mereka telah naik dan foreign prices bisa jatuh karena menurunnya suplai uang keluar negeri. Sebagai hasilnya, ekspor akan menurun dan impornya akan naik. Berubahnya aliran perdagangan dan specie dipengaruhi oleh perubahan harga di dalam negeri dan diluar negeri yang kemudian menciptakan equilibrium.
Di awal abad 20, sistem moneter kembali berevolusi di era modern karena sejumlah perkembangan ekonomi dan politik. Uang bertransformasi menjadi kreasi dari negara. Kontrol negara terhadap suplai dan permintaan uang menjadi determinan yang prinsip dari aktivitas ekonomi nasional dan internasional.
The Era of Political Money
Selama abad 18 dan 19, terjadilah revolusi finansial. Pemerintah memulai isu tentang uang kertas, modern banking lahir, instrument kredit publik dan swasta meningkat. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemerintah mendapatkan kontrol lebih besar terhadap suplai uang. Akibat dari lahirnya political money tidak disadari hingga era Keynesian, tapi revolusi finansial ini mentransformasikan hubungan antara negara dengan ekonomi dan memiliki efek luar biasa terhadap perekonomian internasional dan politik dunia.
Revolusi finansial melahirkan permasalahan baru. Di satu sisi ini menyelesaikan atau setidaknya mereduksi masalah historis dari kekurangan suplai uang. Hingga inovasi dari uang kertas dan kemudahan kredit, aktivitas ekonomi ditargetkan untuk tekanan deflasi karena ketidakcukupan suplai emas dan silver. Tapi karena pemerintah mendapatkan kapasitas untuk menciptakan uang, revolusi finansial ini mengakibatkan inflasi dan meningkatkan masalah internasional terhadap ketidakstabilitasan moneter. Stabilitas moneter dan operasi efisien dari sistem moneter membutuhkan subordinasi kebijakan domestik terhadap peraturan internasional. Jika pemerintah menciptakan terlalu banyak uang, inflasi yang diakibatkan olehnya dapat mentidakstabilkan hubungan moneter internasional.
The Classical Gold Standard (1870-1914)
Ada beberapa ciri dalam era Classical Gold Standard. Pertama, classical gold standard tidak berfungsi secara otomatis. Penetapan sistem per-bank-kan dan perannya dalam kreasi uang telah melemahkan operasi dari mekanisme aliran harga specie. Berdasarkan teori, bank sentral merespon aliran emas, membeli dan menjual emas untuk memaintain fixed exchange rate untuk mata uang nasional, bank-bank tersebut merespon aliran emas dalam highly discretion manner untuk melindungi efek pada harga domestik dan perekonomian domestik.
Kedua, sistem moneter internasional dibawah gold standard tidak beroperasi secara impersonal. Sistem ini dirancang dan diatur oleh Inggris dan London melalui posisi hegemoninya dalam komoditi dunia, uang, dan capital markets memaksa rules of the system terhadap perekonomian dunia. Integrasi dari sistem moneter nasional dengan pasar finansial London menganugerahkan Inggris kemampuan untuk mengontrol sampai ke tingkatan tertentu mengenai suplai uang dunia. Dengan menurunkan dan menaikkan discount rate-nya, Bank of England memanipulasi aliran emas secara internasional dan dalam mempengaruhi kebijakan moneter dunia. Sistem moneter dibawah standar emas merupakan sistem yang hirearkis, didominasi oleh Inggris dan pada tingkat dibawahnya, oleh pusat finansial yang sedang tumbuh di Eropa Barat.
Gold Standard merefleksikan sebuah dunia dimana tujuan-tujuan sosial adalah minimal. Di era tanpa intervensi pemerintah ini dan sebelum lahirnya welfare state, keunggulan diberikan untuk stabilitas moneter. Ini merupakan produk hegemoni Inggris, ideologi laissez faire, dan dominasi dari kelas menengah yang konservatif. Ketika kondisi ini berubah dengan terjadinya Perang Dunia I, gold standard tidak lagi berfungsi. Gold Standard menyediakan fondasi efektif untuk perekonomian internasional dan keteraturan politik. Sistem ini juga mengatasi masalah fundamental dari tatanan moneter internasional. Inggris memiliki power dan niat untuk memaintain nilai emas yang berlaku.
Solusi masalah antara otonomi domestik dan stabilitas internasional diperoleh dibawah gold standard menyediakan sebuah contoh dari kekuatan hegemon memaksa rules of game dan mengatur sistem moneter internasional. Efisiensi dan stabilitas gold standard juga menguntungkan negara maju lainnya. Meskipun Jerman, Perancis, dan Amerika tidak senang dengan keuntungan dimana kepemimpinan moneter dunia diberikan kepada Inggris, namun negara-negara ini tidak memiliki keinginan untuk melawannya. Kepatuhan terhadap sistem ini didikte oleh posisi dominan Inggris dan kekuatan industrial lainnya.
Mendekati berakhirnya abad 20, lahirnya kekuatan industri baru dan kejatuhan hegemoni Inggris mulai mengurangi basis dari kepemimpinan ekonomi global Inggris. Meningkatnya ketidakpuasan sosial dan pemberontakan terhadap laissez faire mulai menggoyahkan sistem ini. Perang Dunia I merusak fondasi politis dari era ekonomi ini dan menerjunkan dunia ke dalam chaos moneter dan ekonomi selama tiga dekade ke depan.
The Bretton Woods System ( 1944-1976)
Setelah Perang Dunia II, negara Barat menetapkan dua perangkat dari prioritas ekonomi setelah perah. Pertama, dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja. The Beveridge Plan di Inggris Raya, penetapan komisi perencanaan di Perancis, dan Employment Act di Amerika Serikat pada 1946 adalah simbol komitmen pemerintah untuk melakukan intervensi dalam perekonomian dan penetapan dari welfare state. Prioritas kedua merupakan kreasi tatanan perekonomian dunia yang lebih stabil yang dapat mencegah kembalinya depresi perekonomian seperti yang terjadi pada 1930.
Bretton Woods melihat sebuah dunia dimana pemerintah memiliki kebebasan yang masih toleran untuk mengejar target ekonomi nasionalnya, sementara tatanan moneter akan didasarkan pada fixed exchange rate dengan tujuan untuk mencegah depresi destruktif dan kebijakan pada 1930an. Prinsip lain yangd diadopsi adalah currency convertibility untuk transaksi terkini. International Monetary Fund (IMF) dibentuk untuk mensupervisi beroperasinya sistem moneter dan menyediakan pinjaman jangkan pendek kepada negara yang mengalami kesulitan keseimbangan neraca pembayaran sementara waktu.
Sistem Bretton Woods berusaha untuk mengatasi perbedaan antara otonomi domestik dan stabilitas internasional, namun keistimewaan dasar dari sistem ini (otonomi kebijakan nasional, fixed exchange rate, dan currency convertibility) saling berkonflik satu sama lain. Misalnya, satu negara tidak dapat secara bersamaan dengan bebas mengejar kebijakan ekonomi makro dan menyerap mata uang luar negeri tanpa terkena konsekuensi pada exchange rate.
Perubahan fundamental dalam tujuan sosial dan target objektif direfleksikan oleh sistem Bretton Woods. Sementara gold standard pada abad 19 dan ideologi laissez faire telah mensubordinasi stabilitas domestik terhadap norma internasional dan periode interwar berhubungan dengan tujuan - tujuan ini. Negara merasa telah memiliki peran lebih besar dalam ekonomi untuk menjamin terpenuhinya tenaga kerja dan tujuan yang lain, namun aksinya menjadi subjek peraturan internasional. Negara - negara semakin didukung untuk bergabung dengan perdagangan bebas dengan resiko minimal terhadap stabilitas domestik, walaupun kadang berakibat kepada efisiensi alokatif. Jike mereka terlibat dalam kesulitan keseimbangan pembayaran, IMF dapat menyediakan dana untuk defisit anggaran ini dan mensupervisi exchange rate adjustment dimana negara tidak perlu membatasi import untuk mengkoreksi ketidakseimbangan balance of payment.
Analisis
Dapat disimpulkan bahwa teori hegemoni stabilitas sangat membantu dalam memahami operasi dari classical gold standard dan awal dari pembentukan Bretton Wood System berdasarkan beberapa kesulitan yang muncul di masa peperangan. Institusi atau rezim ekononomi politik internasional pada dasarnya di masa yang sulit justru bisa bertahan atas dasar sokongan dari negara hegemon (walau terdapat kontradiksi atas peran hegemoni tersebut yang sering terkaitkan dengan pengekploitasian peran guna mengintervensi lainnya).
Merunut dari sejarahnya, revolusi industri meningkatkan intens dari petukaran manusia, ide, kapital dan teknologi antarnegara (Peet, Richard, 2003) yang mana memunculkan sebuah standar pertukaran yakni pertukaran emas. Pada teorinya pertukaran emas bersifat otomatis dalam sistem pasar laissez faire namun pada praktiknya hegemoni Inggris mampu mendomanisi dalam sistem pertukaran tersebut. Dan ketika Inggris kehilangan kemampuan hegemoninya di pascaPerang Dunia I, Amerika Serikat muncul sebagai negara dengan perekonomian yang kuat. Dan pada pascaPerang Dingin II lah ia mengambil peran hegemoni dalam sistem Bretton Woods. Sistem tersebut menghasilkan stabilitas perekonomian dunia meskipun terjadi penyesuaian nilai tukar dan penyesuaian struktural perekonomian negara-negara anggota bretten woods. Oleh karena itu selama 25 tahun sejak berlakunya sistem bretten woods ini disebut sebagai the golden years, sebagai masa keemasan ekonomi global.
Namun sistem fixed ecxchange rate yang dipakai dalam sistem bretton woods berakhir dan berubah menjadi Float exchange rate pada masa pemerintahan presiden Nixon untuk menyelamatkan devisa emas Amerika Serikat karena Perang Vietnam yang mengakibatkan pengeluaran besar-besaran sehingga amerika harus menanggung devisit yang akut dalam perekonomian AS. Karena fixed exchange rate mengaitkan dollar AS dengan harga emas. Karena harga emas global global naik maka banyak negara-negara Eropa yang memiliki caadangan emas yang benyak menukarkan dollar AS dengan emas akibatnya persediaan emas di fort knox manjadi sedikit. Sehingga nixon memutuskan kaitan antara emas dengan dollar AS paada 15 agustus 1971. Pemutusan hubungan tersebut dianggap sebagai kehancuiran bretton woods sistem.
Namun sebagaian schoolar menganggap sistem bretton woods tidak hancur. Karena apabila kita lihat sistem bretton woods sebagai rezim maka sistem tersebut tidak hancur dan melemah karena yang berubah hanyalah desicion-making procedure-nya. Sedangkan dasar fondasi rezim yang berupa, prinsip, norma tidak mengalami perubahan.
Referensi
Peet, Richard.2003. “ Bretton Woods : Emergence of a global economic regimes”, dalam Unholy Trinity: The IMF, World Bank and WTO. London: Zed books. PP 27-55
Frieden, Jeffrey A. 2006. “The Bretton-Wood System in Action” dalam Global Capitalism: Its Fall and Rise in the Twentieth Century. New York: W.W. Norton & Co. Inc., pp. 278-300
Gilpin, Robert. 1987. “International Money Matter” dalam The Political Economy of International Relations. Princeton: Princeton University Press, pp. 118-170
No comments:
Post a Comment