Tuesday, February 28, 2012

PERDAGANGAN INTERNASIONAL HINGGA IMPERIALISME: EKSPANSI GLOBAL DALAM EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL


Devania Annesya/  070810535
devania.annesya@gmail.com

Fauzi Rochmad R./ 070810540
fa_love_yach@rocketmail.com
Ayu N. P. P/
070810709
cuppymarucha@yahoo.com

Rolando Virgin/ 070810528
virgin_mboys@yahoo.co.id

Rosa Longi Folia/ 070810518
thecutebones@yahoo.com

Zuhair Zubaidi
070710564
zuhair_hofs@hotmail.com


            Para ahli Amerika mulai meneliti ekonomi dunia di tahun 1889 yakni tahun ketika fondasi ekonomi sosialis internasional merebak sejak 1873. Hobsbawm (seorang ahli Marxis) mengatakan bahwa Perang Dunia I disebabkan oleh masalah yang tidak terselesaikan dan mungkin paradoks tak terpecahkan dalam fondasi kelas borjuis baru, pemerintah mereka, dan dalam ekonomi dunia kapitalis yang membuat mereka hidup dengan standar mewah dikarenakan oleh kesewenang-wenangan yang sistematis kepada pekerja core dan periperi, krisis tersebut memicu konflik sistemik yang diperburuk oleh teknologi, kenaifan, dan kebodohan.
Hobsbawm mengakui bahwa revolusi industri dan pengembangannya seiring dengan kapitalisme menghasilkan semacam kemajuan materialistis bagi yang kaya dan miskin, meskipun kemajuan tersebut tidak proporsional. Sementara ia juga mengkritik penyalahgunaan kapitalisme dan imperialisme kepada orang miskin dan para pekerja, tentu saja kelas-kelas yang termarginalkan tersebut memendam kemarahan yang juga didorong oleh kemajuan komunikasi seperti media massa yang mungkin menyebabkan pekerja menjadi lebih menyadari akan penderitaan mereka.
Pemerintahan kapitalis dirancang dalam negara-negara borjuis di mana pemerintah tidak benar-benar memerintah dalam bidang ekonomi, karena urusan ekonomi seluruhnya berada di tangan ekonomi kapitalis yang dinamis yang dapat mengatur dirinya sendiri. Perekonomian telah berubah dari ekonomi pasar laissez-faire yang terutama terdiri dari kapitalis kecil dan pengusaha menjadi digantikan oleh sistem monopoli yang terus berkembang oleh segelintir konglomerat yang sangat bergantung pada dukungan dan campur tangan negara demi keuntungan mereka sendiri. Lebih jauh, dikatakan bahwa proteksionisme menyebabkan kolonialisme, yang mendorong adanya pencarian pasar, bukannya pencarian untuk sumber daya.
Hobsbawm menyebutkan ada 7 karakteristik ekonomi dunia, yaitu:
1.    Secara geografi, penggunaan lahan bagi sektor industri jauh lebih luas dari yang pernah ada sebelumnya, fenomena ini terjadi secara merata hampir di seluruh negara yang ada di dunia.
2.    Ekonomi dunia menjadi lebih plural, yang dimaksud disini adalah semakin banyak negara-negara, terutama yang telah terindustrialisasi untuk saling bersaing dalam bidang ekonomi.
3.    Adanya kemajuan teknologi yang amat sangat signifikan dalam semua bidang seperti komunikasi, transportasi, pengobatan. Yang mempermudah perkembangan ekonomi.
4.    Munculnya cara-cara baru dalam pengelolaan perusahaan, yaitu ada percobaan sistematis untuk meningkatkan efisiensi perusahaan melalui metode-metode tertentu.
5.    permintaan yang luar biasa pada pasar bahan-bahan konsumsi, dengan meningkatnya populasi, urbanisasi dan pemasukan, jelas bahan-bahan konsumsi mendominasi sebagian besar industri.
6.    Perkembangan pasar yang pesat diikuti oleh perubahan sosial mengenai pandangan tentang pekerjaan, bekerja di perkantoran dianggap lebih menjanjikan bagi masa depan.
7.    Tumbuhnya ikatan antara politik dan ekonomi, yaitu adanya peran pemerintah sebagai pemegang otoritas, terlepas dari invisible hand, peran ini tidak bisa dipungkiri tetap ada dalam ekonomi.

Imperialisme : Survei Historis
Teori imperialism Lenin untuk  abad ini masih dapat dikatakan penulis cukup signifikan didalam  melihat imperialisme yang ada di masa modern  sekarang atau mungkin dalam jangka waktu ke depannya. Namun disini kita harus melihat dimana fokus Lenin hanya terkait didalam aspek utama imperialisme terhadap rivalitas diantara negara kapitalis di dalam zaman monopoli kapitalisme yang mempengaruhi terjadinya PD I, dan kesempatan revolusi didalam periode tersebut. Penulis disini berusaha untuk  memperlebar teori Lenin untuk disesuaikan dalam topik  imperialism “baru ”  di dalam proses monopoli kapitalisme dan permulaan imperialism “kuno” dan belum matangnya kapitalisme. Satu yang tidak dapat dimengerti mengenai permasalahan dunia kolonial dan neokolonialisme jika salah satu pemusatan pemikiran hanya terpaku pada penekanan terbaru oleh Lenin.
Kenyataan yang ada menunjukkan jika analisis Lenin berfokus pada kompleksitas pemaksaan (baik meliputi didalam politik, sosiologi,dan ekonomi) yang mana mencapai derajat urgensi yang cukup untuk mendefinisikan pembaruan secara signifikan dan pengkhususan masa ketika (1) Perusahaan besar, beroperasi dengan iringan lingkungan financial capital berusaha untuk menjadi pengontrol monopoli terbesar di negara maju dan negara yang berkembang, dan (2) Beberapa pemimpin Negara berada di posisi untuk bersaing didalam tipe kontrol monopoli melalui divisi pengaruh lingkungan dan wilayah diatas dunia ini. Keberdaan mengenai  imlementasi “new imperialism” dapat dimengerti akan dinamika persebarannya melalui beberapa proposisi mendasar ,diantaranya
1. Ekspansi tiada henti, ini merupakan esensi dasar dari kapitalisme, Adanya hasrat dan keinginan untuk mendapatkan sumber daya dari negara lain untuk proses akumulasi ini merupakan cerminan tingkatan kseluruhan dari proses perkembangan kapitalisme. Seberapa jauh dan dalamnya  akumulasi ekstranasional bergantung pada besar kemungkinan pondasi dasar kapitalisme terhadap situasi sejarah yang telah terjadi.
2. Asal usul kapitalisme sebagai sistem dunia tergantung pada struktur dan tingginya pengaruh yang dibuat terhadap serangkaian perkembangan yang terjadi.
3.  Negara kapitalis yang lebih kuat akan mempercabang model produksinya ke seluruh dunia.
4. Sistem dunia kapitalis yang dikembangkan melalui proses setengah memaksa akan bertransformasi ke dalam  masyarakat nonkapitalis dan mengadaptasi kelemahan terhadap masyarakat tersebut sehingga membuat mereka membutuhkan bantuan kepada negara yang lebih kuat, ini telah terwujud melalui beberapa ciri baru yang berdasarkan pada sejarah, yakni a. Adanya institusi buruh internasional diantara negara produksi dengan negara yang kegiatanya menyuplai bahan mentah dan makanan, b. Adanya pembentukan hierarki yang mana melimpahkan sebagian besar mayoritas negara dan masyarakat kedalam derajat kekurangan dang berlebihan didalam permasalahan ekonomi dan keuangan melingkupi permasalahan industri dan perbankan.
5. Hukum ekonomi dan institusi kapitalisme secara terus menerus membentuk pembagian buruh internasional dan hierarki ekonomi serta ketergantungan finansial
Hal penting yang harus dimengeri disini jika kegiatan perwakilan utama melalui sejarah ekspansi global kapitalisme adalah selalu adanya persaingan diantara setiap negara. Masyarakat kapitalis yang sukses membutuhkan negara sentral yang kuat dan mampu menyediakan pertukaran yang tidak akan terjadi didalam pasar nasional memiliki standar yang baik, menghapus bea masuk, dll. Keberadaan ekspansi kapitalisme dapat kita lihat melalui pola umum yang dibuat dimana terdapat tingkatan suksesi kolonialisme dan imperialisme. Namun dengan melalui semua kualifikasi yang ada, sudah dikatakan cukup untuk membedakan perbedaan yang ada di dalam ekspansi kapitalis sehingga periodik yang terjadi dapat dianalisa secara baik. Disini penulis membagi masa imperialisme yang ada kedalam lima tahapan yakni:
1.    Perdagangan Eropa memasuki panggung dunia :
     Dimulai dari akhir abad ke -15 ke pertengahan abad ke-17
     Yang mendorong keluarnya perdagangan negara Eropa di akhir abad ke 15 disebabkan oleh dua faktor pengaruh, yakni adanya blokade yang dilakukan oleh kekaisaran Ottoman, dan adanya fakta jika perdagangan yang terjadi diantara negara diluar Eropa dikontrol oleh orang asia dan afrika. Blokade yang terjadi mendorong pelayaran yang mana membuka jalur ke benua Amerika, di mana keterbelakangan persenjataan Indian dan ketidakmampuan populasi menghadapi penyakit yang ditularkan oleh orang Eropa memfasilitasi penaklukan Eropa ke benua Amerika. Dengan adanya keinginan keras dari bangsa Eropa untuk menemukan tempat perdagangan di bagian dunia yang lain, yang akhirnya mereka menemukan pusat perdagangan yang lainnya, contohnya di Samudra Hindia yang kaya akan rempah-rempah. Disini orang Eropa tidak memiliki kelebihan didalam barang dagang, keuangan, hingga kemampuan berdagang yang baik yang mampu untuk merubah pasar tradisional yang ada. Namun mereka memiliki kelebihan didalam peralatan perang utamanya didalam persenjatan  kapal Eropa. Mereka memaksa penduduk lokal untuk menyerahkan barang yang dimiliki melalui perampasan atau berbagai cara yang lain untuk mengakumulasikan kekayaan negara Eropa sendiri. Disini keberadaan barang rampasan didistribusikan kembali ke negara Eropa yang lain dan menjadi upaya utama peningkatan kesejahteraan negara mereka. Redistribusi yang dilakukan oleh mereka dilakukan dengan dua bentuk  : 1. Mencegah sebanyak mungkin negara Eropa yang lain untuk melakukan ekspansi, hal ini untuk memaksimalkan surplus akumulasi dari seluruh dunia ,2. Menghadirkan konflik diantara negara Eropa untuk mencegah penguasaan wilayah oleh negara lain agar keuntungan yang dimiliki tetap berjalan tanpa adanya gangguan dari yang lain.
     Disini terdapat kontradiksi seiring dengan adanya pemasukan dari gelombang pertama ekspansi ke negara lain, 1. Pendapatan yang dimiliki oleh negara yang berekspansi tidak akan bertambah hingga negara tersebut tidak akan bertambah, 2. Harga dari rempah rempah menurun terkait adanya tekanan dari pembatasan suplai dari negara yang lain dan meningkatnya haraga untuk melindungi kontrol monopoli yang ada terhadap negara pesaing.
2.    Dominasi perdagangan kapital:
     Pertengahan Abad ke 17 hingga akhir abad ke 18
     Keadaan yang membedakan pada masa ini dengan sebelumnya adalah 1. Semakin mundurnya keunggulan Spanyol, 2. Beralihnya ketergantungan Portugal terhadap pracis ke ketergantungan terhadap Inggris, 3. Berakhirnya monopoli barang dagangan Belanda, 4.meningkatnya persaingan antar negara kolonial diantara Prancis dan Inggris, dan bangkitnya Britania Raya didalam pelayaran dan perdagangan internasional. Perkembangan ini menjejakkan suatu tanda baru dimana dengan pengondisian britania raya menghadirkan beberapa aturan terhadap kerajaan, keuangan, dan perdagangan. Keberadaan Britania pada abad ini berbanding terbalik dengan abad sebelumnya, pada abad ini benar-benar memunculkan Britanian Raya sebagai supremasi hegemon yang menguasai pasar dunia.  Britania Raya disini tidak hanya memonopoli perdaganagn di Asia, Afrika, dan Amerika namun juga mendirikan koloni di benua tesebut dengan meksud untuk mempercepat permintaan akan barang mentah Britania Raya. Keberadaan negara koloni disini dapat sangat gamblang dimengerti sebagai salah satu upaya produksi barang mentah sebanyak mungkin untuk mendorong perekonomian negara utama. Disini dapat disimpulkan akibat dari adanya upaya tersebut maka tidak salah jika pada abad berikutnya revolusi industri dapat benar benar dilakukan oleh Inggris. Yang menjadi denyut utama didalam gelombang imperialisme kedua ini adalah adanya sistem perbudakan. Dapat dilihat dengan berkembangnya pasar gula secara ekstrem pada masa ini yang disebabkan oleh adanya impor budak dari Afrika. Tidak hanya itu, sistem perbudakan pada masa ini merupakan bisnis yang menguntungkan. Pada masa ini karakteristik yang ada, dapat kita lihat melalui adanya ledakan eksport yang luarbiasa diberbagai pangsa barang termasuk perbudakan, adanya proses monopoli melalui adanya alternatif perang, kontrol terhadap laut, dan adanya dominasi politik.
3.    Bangkitnya industri kapital
     Akhir abad ke – 18 hingga tahun 1870an
     Menurunnya pendapatan dari koloni lama terhadap proses revolusi industri mendorong intensifikasi terhadap pencarian baru untuk koloni baru dan pembaharuan perang terhadap rival yang lain untuk pendistribusian ulang koloni yang ada. Didalam level sebelumnya, adanya persaingan diantara kekuatan kolonial yang menghasilkan dominasi inggris terhadap Belanda dan Spanyol. Dan pada tingkat masa ini, persaingan yang ada terkait dengan Britania Raya dengan Perancis yang terimplementasikan ke dalam perang Napoleon. Meskipun pada masa ini terdapat persaingan diantara negara kolonial tetapi secara progres keseluruhan di masa ini tercipta kedamaian dan bangkitnya model imperialisme yang baru. Adanya perang Napoleon memberi efek terhadap masa depan imperialisme kedepannya, kesempatan yang ada dimanfaat kan oleh Britania Raya untuk menjadi hegemoni terhadap market negara lain utamanya negara saingan. Untuk itu Britania Raya membentuk interdependensi terhadap koloni Spanyol dan Portugal untuk meningkatkan pendapatan demi kelancaran revolusi industri yang dilakukan. Strategi dasar terhadap relasi ekonomi yang ada di dunia dengan negara kapitalis berkembang seiring dengan bertambahnya massa produksi yang ada dan pengaruh industri kapital. Seiring dengan perubahan karakter strategi negara kolonial juga meningkatkan kemampuan militer negara tersebut. Selama masa transisi kolonial sistem dari merkantilis kapitalis menuju ke industrial kapital, beberapa pemimpin kapitalis mulai menanyakan kegunaan koloni, namun hanya sekedar tendensi belaka untuk menarik perhatian daerah koloni.
4.    Monopoli kapital dan imperialisme baru
     Tahun 1880an hingga Perang dunia I
     Disini Lenin memiliki analisis yang mendasar terkait dengan adanya transformasi yang terjadi terhadap imperialisme, yang menjadi akar dari perubahan yang ada adalah, 1. Perubahan struktural dan finansial mendorong ke arah yang lebih maju terhadap monopoli kapitalisme, dan 2. pematangan monopoli kapital mulai menyerang keberadaan britania raya sebagi hegemon.
     Beberapa fenomena yang ada yang dapat dikaitkan dengan perkembangan imperialisme ini dapat dilihat
1. Pematangan monopili kapital  dengan dalih revolusi industri kedua yang menyangkut permasalahan besi, listrik, minyak, kimiawi sintetik, dan mesin pembakaran internal.
2. Ketika hukum yang digerakkan kaum kapitalis menghimbau adanya konsentrasi dan sentralisasi kapital, terjadi perubahan disini terhadap perhatian tersebut terhadap keuangan yang disebabkan oleh adanya teknologi yang baru, ini menunjukan peninggian konsentrasi yang baru.
3.  Perubahan arah politik dibutuhkan terkait adanya perubahan yang terjadi biasanya mendorong pergeseran kekuatan pemimpin keuangan dan industrialisasi yang baru.
4.  Tipe kontrol monopoli atas bahan mentah meningkat menjadi sangat penting dikarenakan adanya persaingan antara negara besar untuk menjamin keamanan investasi Negara kapital di industri yang baru
5.  Teknologi akan kapal uap dan meluasnya jaringan komunikasi dunia juga turut memperluas kontrol imperialisme terhadap seluruh dunia.
6. Inggris kehilangan kekuasaan penuh terhadap kekuasaaan samudra ketika persenjataan kapal perang sudah hampir dimiliki oleh semua negara barat.

5.    Dekolonialisasi dan bangkitnya perusahaan multinasional: semenjak Perang Dunia 1
     Disini merupakan periode dimana sistem imperialisme mulai jatuh. Namun jatuh disini tidak harus diartikan mati untuk selamanya. Namun semenjak pengalihan kekuasaan hegemoni keuangan dari Inggris menuju ke AS. Disini dapat dilihat jika bentuk imperialisme baru mulai muncul, ditandai dengan adanya MNc yang mulai melakukan sentralistik imperialisme terhadap negara berkembang mencerminkan pergeseran makna imperialisme yang lebih mengakar kuat tanpa terlihat secara nyata di permukaan. Di mana semuanya adalah tendensi yang dilakukan oleh AS melalui MNc yang dimiliki Amerika untuk tetap membuatnya menjadi hegemon tunggal yang memonopoli perkonomian dunia baik di dalam wilayahnya maupun keluar negeri sekalipun. Jerman membuat kemajuan yang signifikan dengan mengeluarkan mesin listrik dan kimia sementara Amerika memperkenalkan metode revolusioner produksi massa. Juga munculnya teknologi baru dan industri baru.

Teori Marxis dalam menjelaskan Imperialisme
Teori marxis klasik tentang imperialisme dimulai dari sebuah analisis tetang kapitalisme di negara pusat. Menariknya, pendiri utama teori ini merupakan pemikiran dari seorang yang menganut paham liberal yaitu J. A. Hobson pada tahun 1905. Sementara Hobson menggunakan metode dialektik dari perspektif Marxis untuk melacak kontradiksi dari kapitalisme kontemporer, solusinya dan preskripsi kebijakannya adalah berdasar pada pemikiran liberal dan reformis. Hobson ingin menghentikan imperialisme yang ada dengan cara mengubah hubungan produksi. Hobson berargumen bahwa masyarakat kapitalis cenderung menyimpan uang dan menginvestasikan simpanan tersebut sebagai modal untuk memproduksi lebih banyak barang-barang di masa yang akan datang. Akumulasi modal merupakan hal yang sangat krusial jika masyarakat membuat kemajuan, karena cara lainnya akan statis.
Kontribusi besar teori Marxis adalah untuk menunjukkan bagaimana kesamaan formalitas pasar dapat menghasilkan ketidaksamaan struktur secara sosial. Wallerstein menambahkan dalam pandangan ini komoditas produksi secara teratur berlangsung di wilayah yang sangat berhubungan dengan kekuatan-kekuatan diantara negara-negara (power relations between states). Dalam sejarah perkembangan international division of labour, hal ini merupakan pengembangan dari kapitalis pertama, negara pusat (core), yang memperoleh (historical upper hand), dengan demikian dapat melindungi dan membantu, dengan menggunakan diplomasi gunboat atau bentuk lain dari paksaan politis, kapitalis berkesan menjual hubungan pasar dunia dan membentuk semua ini untuk keuntungan mereka semata. Wallerstein telah menunjukkan bagaimana hubungan sistem interstate yang ada dalam sistem politik dari ekonomi kapitalis dunia, dan bagaimana susunan hirarki pusat-pinggiran serta tindakan eksploitasi terhadap pinggiran oleh pusat yang diperlukan untuk reproduksi dari kapitalisme sebagai sebuah sistem.
Dalam kasus model produksi kapitalis, atau sistem sosio-ekonomi, transformasi telah menduduki suatu ruang tak terukur yang ada dalam literature Marxis. Sebagai tujuan praktis, cukup dengan mencatat posisi sistem kapitalis sejauh ini telah menunjukkan kenaikan berangsur-angsur yang mengagumkan dalam mengadaptasi kebergantugan keadaan yang disebabkan laws of motion mereka.
Kejatuhan teori marxis tentang imperialisme adalah ketika diungkap oleh kaum liberal dan beberapa orang dari penganut perspektif Marxis sendiri. Contohnya, Bill Warren dengan kritik kuatnya terhadap poin-poin Lenin. Pertama, banyak dari partisipan perang imperialis yang terjadi tiba-tiba setelah tahun 1914, yaitu Rusia, AS, Itali, Jerman dan Jepang, yang disokong dengan proporsi capital exports yang tidak berarti (khususnya capital exports untuk negara dunia ketiga) setidaknya selama periode yang telah disebutkan oleh Lenin. Kedua, tentang pencurahan, 60 persen capital exports merupakan curahan dari Inggris kepada New World, dan 40 persen dicurahkan untuk negara dunia ketiga, tetapi proporsi yang lebih kecil tentang hal ini dicurahkan bagi teritori kolonial. Ketiga, teori Lenin yang dianggap paling berbahaya adalah pada tahun 1914, 90 persen dari seluruh investasi bukan merupakan investasi langsung melainkan portfolio investments.



Analisis
            Pada dasarnya ekonomi politik internasional muncul sebagai sebuah praktik sosial adalah ketika masing-masing
Referensi

Hobsbawn, Eric. 1987. “An Economics Changes Gear”, dalam The Age of empire 1875-1914. London: Weidenfeld & Nicolson, pp.34-55

Frieden, Jeffrey A. 2006. “Succes Stories of the Golden Age” dalam Global Capitalism: Its Fall and Rise in Twienth Century. New York: W. W. Norton & Co. Inc., pp. 56-79

Magdoff, Harry. 1987. “Imperialism: A Historical Survey” dalam Inperialism: from the Colonial Age to the Present. New York: Monthly Review Press, pp. 94-113

Hoogvelt, Ankie. 1997. “The History of Capitalist Expansion” dalam Globalization and the Postcolonial World: the New Political Economy of Development. Baltimore: the John Hopkins University Press, pp.14-28

Monday, February 27, 2012

KEPEMIMPINAN, HEGEMONI, DAN STABILITAS: ATURAN DALAM EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL


Sistem pasar telah menjadi faktor mayor dalam membentuk masyarakat modern, kompetisi pasar, dan pertanggungjawaban aktor ekonomi terhadap dorongan perubahan harga oleh masyarakat dalam upaya meningkatkan spesialisasi, efisiensi yang lebih besar, dan penyatuan ekonomi dunia. Terdapat tiga teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan gerakan, ekspansi, dan berfungsinya ekonomi politik internasional (EPI). Pertama, liberalisme-ekonomi yang disebut dengan teori dual economy mengenai evolusi pasar sebagai respon dari hasrat universal dalam meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan kemakmuran. Yang kedua adalah teori Modern World System (MWS) yang dipengaruhi oleh Marxisme yang berpendapat bahwa pasar dunia esensinya merupakan sebuah mekanisme eksploitasi ekonomi negara yang kurang berkembang oleh ekonomi kapitalis maju. Ketiga, adalah teori stabilitas hegemoni.
Kendati satu sama lain teori tersebut saling berkontradiksi, masing-masing menyediakan pandangan beralasan mengenai dinamika dan berfungsinya EPI beserta perubahan struktur, yang menurut Marchal (1982) struktur dapat diartikan sebagai bagian dari ekonomi keseluruhan, yang dalam suatu periode waktu, muncul relatif stabil bagi lainnya serta menyediakan batasan dan kesempatan bagi aktor-aktornya untuk meraih tujuan mereka. Dan tujuan negara mayor serta organisasi yang kuat akan cenderung merubah struktur sesuai kebutuhan mereka. Yang dimaksud dengan perubahan struktur di sini adalah perubahan institusi-institusi di dalamnya dan hubungan fundamental.
            Mula-mula jurnal ini akan membahas teori dualism/ dual economy yang menyatakan setiap ekonomi, baik domestik maupun internasional, harus dianalisa dalam dua sektor indepeden: modern (sektor progresif yang dikarakteristikkan oleh level tinggi efisiensi produksi dan integrasi ekonomi) dan tradisional (dikarakteristikkan oleh model backward produksi dan self-sufficiency lokal. Teori ini percaya bahwa perkembangan ekonomi berasal dari kooperasi dan transformasi sektor tradisional ke sektor modern melalui modernisasi ekonomi, sosial, dan struktur politik. Integrasi global pasar dan institusi merupakan konsekuensi gerakan “tak terelakkan” dari paksaan ekonomi ke level yang lebih tinggi efiesiensi ekonomi dan interdependen global. Teori ini mengutamakan peran penting self-interest dan hasrat universal untuk memaksimalkan perolehan guna melakukan paksaan dalam evolusi ekonomi dunia.
Sebagaimana yang diutarakan Adam Smith, manusia selalu cenderung mencari ikatan koneksi ekonomi ketika batasan disingkirkan dan kesempatan terbuka bagi mereka. Kekuatan teori ini terletak pada kemajuan teknologi dalam evolusi EPI. Meningkatnya teknologi komunikasi dan transportasi telah mereduksi biaya bisnis yang menjurus kepada integrasi pasar terisolasi ke menyebarnya interdependen global. Namun teori ini memiliki kekurangan, metode statis komparatif lemah dalam memprediksi dan menjelaskan perubahan permintaan dan persediaan harga relatif serta lemah dalam menjelaskan perubahan teknologi, begitu pula dalam menganalisa dalam tren sistemik efek jangka panjang terkait perubahan dan inovasi dalam ekonomi, politik, dan hubungan sosial. Dual economy mengabaikan lingkungan ekonomi dan politik yang mempengaruhi evolusi pasar (R. Cameron, 1982, p. 29).
Sementara MWS menekankan pada struktur historis ekonomi politik dunia yang membuatnya memiliki kontribusi bernilai dalam pemahaman kita terkait dinamika EPI (Tooze, 1984, p. 13). Pada faktanya, tak satupun negara eksis tanpa dukungan ideologi nasionalisme dan tak ada pasar yang dapat bertahan tanpa liberalisme. MWS didefinisikan sebagai sebuah unit dengan divisi tunggal pekerja dan sistem budaya yang beragam (Wallerstein, 1974b, p. 390). Teori MWS didasarkan pada teori Marxis realitas sosial (Michalet, 1982).
Ia menerima teori perjuangan kelas, hanya saja MWS bicara dalam tingkat hirarki internasional dan perjuangan negara dan kelas-kelas ekonomi. Kedua, MWS menerima teori bahwa ekonomi internasional menghasilkan hirarki kelas negara dominan yang memicu adanya eksploitasi terhadap negara periperi. MWS juga percaya bahwa ekonomi dunia modern dikarakteristikkan oleh kontradiksi alami dan fungsi berdasarkan deterministic hukum yang mengatur perkembangan sejarah, krisis tak terelakkan, dan juga eventual demise. Hanya saja kalau Marxis tradisional beranggapan bahwa kapitalisme memiliki misi sejarah dalam mengembangkan dunia, teori MWS berpendapat bahwa sistem kapitalis dunia akan membuat negara berkembang menjadi tidak berkembang. Secara garis besar Wallerstein berpendapat sistem telah menciptakan negara kaya semakin kaya dan negara miskin semakin miskin (Skocpol, 1977, p. 1078). Dan pada kenyataannya, sistem dunia modern tidak benar-benar ada hingga dekade setelah Perang Dunia I di mana ekonomi industri dominan mulai bermunculan.
Meskipun ada benarnya hubungan negara core dan periperi berlangsung sejak kerajaan kolonial, namun perlu kita ketahui adanya perubahan struktur setelah Perang Dunia I. Munculnya negara industri baru di Asia dan Amerika Latin mentransformasi divisi pekerja dan merubah kepemimpinan dan kondisi alamiah EPI. Maka kemudian munculah teori stabilitas hegemoni yang memberikan pemahaman yang lebih baik dalam sebab dan konsekuensi proses dinamika yang digagas oleh Charles Kindleberger (ia lebih suka menyebutnya “kepemimpinan” atau “pertanggungjawaban”). Teori didefinisikan sebagai ekonomi dunia yang terbuka dan liberal yang meminta eksistensi hegemoni oleh satu negara yang paling kondusif mengembangkan rezim internasional yang kuat yang aturannya jelas dan dapat dipatuhi dengan baik… menurunnya struktur hegemoni kekuatan dapat diekpektasikan pada menurunnya kekuatan korespondensi rezim ekonomi internasional (Keohane, 1980, p. 132).
Salah satu kekuatan dalam teori ini adalah karena fokusnya pada peran sistem nation-state dan hubungan politik internasional dalam organisasi dan manejemen ekonomi dunia. Meskipun teori MWS benar bahwa modern nation-state benar-benar produk paksaan historis, nation-states, dan juga aksinya untuk mereduksi paksaan ekonomi; ketika modern nation-states eksis maka mereka akan secara logikanya bertindak dalam sistem negara yang kompetitif dan kemudian menghadirkan hegemonik/ kekuatan dominan.
Secara historis, kepemimpinan hegemoni dan munculnya ekonomi dunia liberal hanya terjadi dua kali. Pertama adalah era Pax Britannica hingga berlangsung hingga perang Napoleon dan berakhir hingga pecahnya Perang Dunia I. Sejalan dengan bangkitnya negara kelas menengah, menyetujui ideologi liberalisme, Inggris Raya membangkitkan era free trade dengan cara mereduksi tarif dan membuka border pada pasar dunia (Kindleberger, 1978b, ch. 3). Hampir sama ketika AS mengambilalih aturan internasional liberal setelah Perang Dunia II melalui GATT (General Agreement Tariffs and Trade) dan IMF (International Monetary Fund).
Berdasarkan teorinya, hegemon atau pemimpin memegang tanggung jawab untuk menjamin kondisi collective goods sistem perdagangan terbuka dan kestabilan pertukaraan mata uang. Hegemon memegang beberapa peran penting bagi operasi ekonomi dunia. Ia digunakan untuk mempengaruhi pembentukan rezim internasional (Krasner, 1982a, p. 185). Hegemon juga harus mencegah adanya negara lain dengan kekuatan monopoli mengeksploitasi lainnya agar mencegah negara tersebut keluar dari free trade (H. Johnson, 1976, pp. 17, 20). Hegemon juga harus mengatur, dalam suatu tingkatan, struktur foreign-exchange rate dan menyediakan kooperasi kebijakan moneter domestik (Kindleberger, 1981, p. 247), jika tidak, pasti akan ada serangan dari nasionalisme. Meskipun terdapat beberapa keuntungan dari sistem ini, muncul beberapa kritik sebagaimana Hirschman (1945, p. 16) bahwa hegemoni dapat mengeksploitasi posisi dominannya.   


Analisis
Evolusi ekonomi dunia dan perubahan structural meliputi tiga perkembangan. Pertama adalah perubahan lokus aktivitas ekonomi dari satu daerah ke daerah lainnya. Yang kedua adalah naik-turunnya sektor ekonomi. Dan yang ketiga adalah meningkatnya integrasi ekonomi nasional dan dampak dari paksaan ekternal dalam kehidupan domestik. Ketiganya diasosiakan dengan proses uneven growth dan memaksa secara signifikan pada kepentingan negaradan grup-grup kuat, dan menyajikan pertanyaan sukar mengenai efek politis dari ekonomi pasar dunia.
Masalah pertama meningkat dengan proses uneven growth kepemimpinan politik dan kooperasi internasional. Ekonomi yang tumbuh dan stabil membutuhkan kepemimpinan politik. Masalah kedua adalah hubungan perubahan ekonomi dan politik. Proses uneven growth menyebabkan perubahan struktur mayor dalam ekonomi dunia yang juga membawa pada masalah politik yang mayor bagi bangsa. Menurunnya hegemon dalam ekonomi dunia turut menyebarkan ketidakstabilan ekonomi dalam nasionalisme ekonomi. Dan masalah ketiga meningkat dibangkitkan oleh efek pertumbuhan, penurunan, dan kejayaan bangsa. Untuk mendapatkan ekonomi dunia yang stabil, dibutuhkan mekanisme pengaturan ekonomi yang berisi norma dan kebutuhan ekonomi internasional liberal.
Kendati satu sama lain dari ketiga teori tersebut saling berkontradiksi, masing-masing menyediakan pandangan beralasan mengenai dinamika dan berfungsinya EPI beserta perubahan struktur, yang menurut Marchal (1982) struktur dapat diartikan sebagai bagian dari ekonomi keseluruhan, yang dalam suatu periode waktu, muncul relatif stabil bagi lainnya serta menyediakan batasan dan kesempatan bagi aktor-aktornya untuk meraih tujuan mereka.
References
Frieden, Jeffry A & Lake, David A. 2000. International Political Economy: Perspectives on Global Power and Wealth. Routledge: Bedford/St. Martin’s
Gilpin, Robert. 1987. “The Dynamics of International Political Economy” dalam The Political Economy of International relations. Princeton: Princeton University Press
Laison, Thomas D. & D. Skidmore. 1993. “The Political Economy of American Hegemony: 1938-1973”, dalam International Political Economy: the struggle for Power and Wealth. Orlando: Harcourt Brace College Publisher


Sunday, February 26, 2012

GLOBALISASI PRODUKSI


Devania Annesya/  070810535
devania.annesya@gmail.com

Fauzi Rochmad R./ 070810540
fa_love_yach@rocketmail.com
Ayu N. P. P/
070810709
cuppymarucha@yahoo.com

Rolando Virgin/ 070810528
virgin_mboys@yahoo.co.id

Rosa Longi Folia/ 070810518
thecutebones@yahoo.com

Zuhair Zubaidi
070710564
zuhair_hofs@hotmail.com


            Perusahaan multinasional atau yang biasa disebut dengan MNC merupakan wajah yang paling umum dari fenomena globalisasi yang mana didefiniskan sebagai perusahaan yang beroperasi di dua atau lebih negara. MNC adalah sumber harapan dan janji bagi mereka yang mencari kontrol terhadap power globalisasi ekonomi dengan tujuan pembangunan dan juga sumber ketakutan dan oposisi bagi mereka yang memandang globalisasi sebagai ancaman bagi kedaulatan negara.

Bangkitnya Produksi Global
            Tidak ada yang baru terkait investasi asing atau produksi internasional. Pada abad 16 perusahaan perdagangan ter-charter telah melakukan fasilitas produksi asing sebagaimana perusahaan pada abad-abad selanjutnya dengan alasan yang sama – internasionalisasi perusahaan sebagai alat mengekonomikan transaksi berkala yang terjadi di lokasi tertentu ataupun guna mengakses bahan mentah tertentu atau pasar.
            Berdasarkan sejarah, produksi internasional bukanlah sesuatu yang baru namun merupakan sesuatu yang besar dan tingkat fragmentasi dalam rantai nilai global adalah baru. Ada beberapa cara dalam mengukur pertumbuhan produksi global. Salah satunya adalah mengukur peningkatan FDI. Singkatnya mayoritas FDI adalah konsolidasi aktivitas kerjasama – perusahaan besar diambil alih oleh korporasi yang lebih besar – yang merupakan peningkatan pasar global bagi perusahaan. Kendati FDI mrepresentasikan elemen penting produksi global, ia hanya mengukur produksi global yang terjadi di bawah kepemilikan asing dan mengabaikan produksi outsourcing. Singkatnya, outsourcing adalah rekolasi tugas dari satu perusahaan ke lainnya dan keduanya biasanya terpisah dalam kepemilikan (Sako, 2006: 503). Sayangnya sangat sulit menentukan nilai outsourcing dari data perdagangan umum. Satu kemungkinan cara adalah dengan mengukur perdangan barang intermediet (bukan barang mentah dan juga barang jadi).
            Dalam globalisasi produksi politik memainkan peran kunci dalam perluasan. Liberalisasi perdagangan adalah syarat kritis bagi globalisasi produksi. Ketika batasan perdagangan tinggi, MNC akan berinvestasi ke luar guna mengakses pasar asing namun akan ragu ketika porsi relokasi rantai nilai harus terintegrasi dengan aktivitas global lainnya maka fragmentasi rantai nilai membutuhkan adanya barrier yang rendah tarif.
Salah satu dari perubahan yang terjadi adalah transportasi yang mana telah mengurangi biaya produksi dan memberi kemudahan untuk mendistribusi barang. Jika inovasi dalam hal pengiriman barang, yaitu dengan menggunakan kontainer-kontainer besar mengurangi secara drastis biaya transportasi, revolusi digital memungkinkan perangkat-perangkat komputer mendapat tempat dalam menunjang peradaban manusia dewasa ini, sampai tahun 1960-an perangkat komputer terdiri dari berbagai komponen independen yang terpisah, sehingga apabila terdapat terobosan teknologi pada salah satu komponen maka harus ada perubahan secara menyeluruh untuk membuat sebuah komputer yang sama sekali baru, yang mana dalam komputer tersebut komponen yang baru dapat cocok berfungsi dengan komponen-komponen yang lain, meskipun komponen yang lain tidak mengalami kemajuan berarti, metode semacam ini tentulah tidak praktis dan menghambat penyebaran masal dari perangkat elektronik, hal ini berubah pada tahun 1961 ketika IBM melakukan revolusi yang mana mereka membuat sebuah perangkat komputer yang terdiri dari komponen-komponen yang terintegrasi dalam sebuah sistem tertentu, pergantian komponen tidak membutuhkan pergantian sistem secara keseluruhan karena semua komponen-komponen yang ada dibuat dalam suatu desain khusus yang mana menjadi dasar dalam pembuatan komponen-komponen selanjutnya sehingga meskipun ada komponen yang baru, komputer tersebut dapat dipastikan tetap dapat berfungsi dengan baik jika komponen yang baru dipadukan dengan komponen-komponen yang lama, inovasi ini dapat diterima dan menyebar luas ke seluruh dunia sehingga semakin mendorong kemajuan teknologi karena banyak perusahaan-perusahaan elektronik lain yang juga mengadopsi inovasi tersebut, saat ini dicontohkan kita dapat memotret dengan kamera digital buatan Canon, memindahkannya untuk dilihat dalam komputer buatan Acer, dan mencetaknya dengan printer buatan Epson. Inovasi-inovasi dalam hal digital yang membantu tugas-tugas manusia, ditunjang oleh perkembangan metode komunikasi  untuk menyebarluaskannya inilah yang menjadi kunci dalam proses Globalisasi, disebutkan pula bahwa kemajuan tersebut mengubah metode produksi dimana saat ini proses produksi dapat terjadi di beberapa tempat yang berjauhan namun tetap terintegrasi dalam suatu kesatuan, pembuatan beberapa komponen dapat terjadi di suatu tempat, dan komponen-komponen yang lain dibuat di tempat lain selama produk yang dihasilkan masih di dalam standar yang ditentukan oleh perusahaan pembuatnya, hal ini dilakukan untuk memfasilitasi beberapa hal seperti ketersediaan bahan mentah, mendekatkan kepada konsumen yang dituju, atupun pajak industri yang lebih rendah, yang tentu saja faktor-faktor seperti ini tidak mungkin dilewatkan begitu saja oleh perusahaan yang berorientasi mencari profit, singkatnya proses produksi menjadi semakin bertambah efektif dan efisien seiring dengan perkembangan-perkembangan teknologi komputer, komunikasi, dan transportasi sehingga seakan-akan membuat jarak dan waktu bukan menjadi penghalang lagi untuk membuat produk-produk dengan kuantitas dan kualitas yang semaksimal mungkin untuk bersaing di pasar global.

Rantai Nilai Global: Tata Kelola dan Lokasi
            Untuk memahami implikasi dari rantai nilai global, penting kiranya untuk memahami perbedaan antara tata kelola (bagaimana mengkoordinasikan aktivitas) dan lokasi (di mana melokasikan suatu tindakan). Kendati keduanya saling berhubungan dekat, mereka tetap harus dipisahkan dalam pengertiannya.
Tata Kelola
Istilah “governance” disini mengacu kepada bagaimana proses-proses produksi yang terfragmentasi tersebut dikoordinasi (Jessop 1998: 29). Disebutkan bahwa koordinasi yang baik diperlukan untuk membuat industri global dijalankan seakan-akan sebagai sebuah industri domestik, karena lebih mudah bagi suatu perusahaan untuk melakukan sendiri semua proses daripada jika harus bekerjasama dengan pihak lain, karena proses-proses dalam menjalin kerjasama dengan pihak lain diluar perusahaan tentunya membutuhkan biaya ekstra, belum lagi jika menyangkut kepercayaan dan persaingan. Bagaimana sebuah negara masuk kedalam ekonomi global juga penting, karena negara adalah faktor yang menentukan siapa saja yang mendapatkan keuntungan dari globalisasi dalam 3 aspek yang berbeda yaitu distribusi keuntungan diantara perusahaan-perusahaan, kapabilitas yang dapat dikuasai suatu perusahaan, dan besarnya pengaruh dari kebijakan yang dikeluarkannya. Yang pertama adalah distribusi keuntungan, dimana disini disebutkan barrier ekonomi dari negara mempengaruhi distribusi tersebut, barrier yang rendah akan menyebabkan berkurangnya keuntungan karena meningkatnya persaingan, begitu juga sebaliknya, disini perusahaan yang memiliki kelebihan intangible seperti desain, brand, dan marketing dapat terus menjaga posisinya dalam persaingan karena kelebihan-kelebihan tersebut tidak dapat dengan mudah ditiru atau disamai oleh perusahaan lain. Yang kedua adalah intervensi negara dapat mempengaruhi daya saing suatu perusahaan, hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan fungsi yang dijalankan perusahaan, kompleksitas produk yang dihasilkan, ataupun meningkatkan teknologi yang digunakan dalam proses produksi.
Lokasi
Aktivitas di dalam rantai nilai global dapat diurus/diperintah dengan bidang mekanisme, mencakup koordinasi pasar, berbagai format koordinasi jaringan, dan koordinasi hirarkis. format penguasaan rantai nilai adalah suatu faktor penentu kunci bagaimana power dan laba dibagi-bagikan di antara para aktor kunci di dalam rantai nilai (value chain).
Menurut paradigma eklektik milik Dunning, perusahaan akan terlibat dalam FDI ketika ada keuntungan spesifikasi perusahaan, keuntungan spesifikasi lokasi, dan keuntungan internalisasi. Disini yang akan dibahas adalah kunci dimensi kedua dari rantai nilai yaitu spesifikasi lokasi. Keputusan tentang penguasaan suatu rantai nilai apakah itu masuk akal untuk membuat atau membeli produk dan jasa tertentu, sebagai contoh - tidak perlu berhubungan dengan keputusan tentang lokasi. Jika suatu perusahaan memutuskan bahwa hal tersebut dapat bersandar pada hubungan pasar kepada sumber masukan tertentu itu berarti bahwa hal tersebut lebih dapat ‘membeli’ daripada ‘membuat’, hal tersebut juga dapat meng-outsourcing produksi kepada perusahaan lain atau dapat dijalankan dengan  produksi lepas pantai oleh suatu perusahaan luar negeri.(Sako 2006: 503)
Pendekatan evolusioner ini menangkap kunci dinamika mengarahkan investasi asing di dunia yang mana kekuatan teknologi dan inovasi produk sangat terkonsentrasi serta perubahannya pun lamban dan tidak terduga tetapi Mitchell Bernard dan John Ravenhill (1995) mengatakan bahwa pendekatan-pendekatan ini memiliki beberapa kesulitan dalam menjelaskan ekonomi global di jaman kontemporer. Dan inilah yang pada akhirnya menjadi kelemahan dari pendekatan ini.
Cara lain untuk menjawab pertanyaan bagaimana lokasi dapat mengarahkan produksi global adalah dengan mempertimbangkan keuntungan-keuntungan yang dicari oleh sebuah perusahaan pada segala tempat. Beberapa dari keuntungan ini adalah jelas dan nyata seperti, sumber daya alam, pasar baru, tenaga kerja berupah ringan, tetapi mereka juga melibatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kultur, bahasa, atau politik dari daerah tertentu. Motivasi ‘the drivers’ (si pengarah) investasi merupakan salah satu bentuk keuntungan dari location-specific dari paradigma eklektik milik Dunning.
Pendekatan tradisional dalam ekonomi politik di era kontemporer telah berfokus kepada nation-state, serta menjelaskan pendapatan ekonomi sebagai hasil hubungan antara institusi domestik, pola kebijakan industri, dan aktor sosial.
Poin terpenting dari perspektif produksi global adalah bahwa perusahaan multinasional mempunyai potensi untuk mengakses keuntungan-keuntungan dari semua sistem, dan dalam pelaksanaannya mereka dapat mengganti kerugiannya di rumah.
Walaupun institusi-institusi nasional adalah sangat penting dalam membentuk pola umum dari koordinasi ekonomi di dalam suatu ekonomi, suatu fokus eksklusif atas nation state menyatakan unit analisa dapat mengaburkan sebanyak yang diungkapkan sebelumnya.
Gereffi dkk berargumen bahwa organisasi suatu rantai nilai global akan bertukar-tukar menurut kompleksitas transaksi inter-firm, tingkat derajat bagi kompleksitas ini dapat disusun, dan tingkat yang mana para penyalur mempunyai kemampuan yang diperlukan untuk menemukan kebutuhan para pembeli
Ketika mempertimbangkan penempatan bagian-bagian berbeda dari rantai nilai, perusahaan harus mempertimbangkan ongkos produksi serta kelemahan dan kelebihan yang kompetitif baik negara-negara maupun daerah.

China sebagai Pabrik Dunia
Tidak ada tempat yang lebih tepat untuk menganalisa trend-trend dalam produksi global selain China. Dalam jangka waktu tiga dekade sejak China memulai transisi terhadap ekonomi pasar, negara ini kemudian muncul sebagai dominator dalam sektor manufaktur dunia, dan dampak dari kesuksesannya sulit untuk dihiraukan. China memiliki dampak signifikan dalam harga input global yang kemudian digunakannya untuk membiayai pertumbuhan ekonominya.
Dampak dari China dalam kancah manufaktur dunia sangat sulit untuk tidak menjadi perhatian. Pada 2006, Amerika Serikat mencatat defisit perdagangan dengan China sebanyak $ 232,5 juta. Dari perspektif perusahaan multinasional, bagaimanapun juga, situasinya berbeda. Walaupun ini bukan common understanding, China adalah ’world’s factory’ dalam logika bahwa banyak sekali perusahaan-perusahaan dunia yang beroperasi di China; angka yang sungguh mengesankan bahwa China memiliki peran besar dalam perekonomian global. Negara ini  merupakan salah satu tujuan utama untuk Foreign Direct Investement global. China secara konsisten menarik lebih dari $ 50 juta dari investasi luar negeri per tahunnya, dan pada 2006 menerima lebih dari $ 63 juta di FDI. Perusahaan-perusahaan investasi luar negeri memainkan peran dalam industri manufaktur China, lebih dari separuh ekspor China adalah dari foreign – invested factories yang berproduksi di China. Konsumer mengambil keuntungan dari harga yang rendah dari barang-barang manufaktur yang diekspor dari China.
Pola investasi luar negeri di China merefleksikan interaksi komplek dari multiple levels lokasi dimana sebuah perusahaan multinasional beroperasi. Aliran investasi menunjukkan jalan terhadap integrasi dari perekonomian nasional di region. Nyatanya, lebih akurat bahwa China sebagai basis produksi regional daripada basis produksi nasional. Ketika China memulai reformasi ekonominy pada akhir 1970an, pendekatan pembangunan menekankan investasi luar negeri mengambil keuntungan dari mengijinkan pemimpin untuk menghindari isu ideologis yang sensitif untuk investasi di China. Zona ekonomi spesial berlokasi di propinsi seperti Hong Kong – merupakan sumber investasi utama selama 1980an – dan sebagai kebijakan yang terpilih untuk berekspansi hingga ke Jepang dan Korea.
Pada waktu yang sama, Asia Timur muncul sebagai perekonomian regional dengan jaringan manufaktur yang melintasi batas nasional, local economic cluster yang sangat penting untuk China. Perusahaan-perusahaan yang ada melakukan spesialisasi produk dan kemudian mampu mendominasi pasar dunia. Contohnya, 80 persen dari korek api metalik berasal dari Wenzhou, sebuah kota kecil di propinsi Zheijiang. Tidak jauh dari dari Zheijiang, kota Qiaotou, sekitar 700 kepala keluarga menjalankan perusahaan yang memproduksi sekitar 15 juta kancing dam 200 juta meter resleting per tahun – mereka adalah yang terbesar di dunia ( China News Digest 2006; Watts 2005). Kota Qingxi di selatan Dongguan menspesialisasikan diri pada produksi personal computer dan telah menjadi bagian penting dalam produksi monitor, motherboard, keyboard, dan perangkat komputer lanilla. Formasi kluster seperti ini adalah bagian dari hal yang alamiah. Setelah reformasi dijalankan di China, pemerintah pusat memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk menentukan kebijakannya sendiri dan memberi mereka insentif fiskal untuk mensukseskan kebijakan tersebut.
            Tekanan kompetitif yang memberi tekanan kepada integrasi regional dengan Asia Timur dan kesempatan untuk akses kepada manufaktur kelas dunia dalam berbagai kluster yang ada di China menghasilkan tekanan kuat pada national varieties of capitalism dari perusahaan-perusahaan multinasional yang berinvestasi di China. Karakter jaringan manufaktur Jepang misalnya dinilai yang paling dekat dibandingkan dengan Amerika Serikat.





Analisis
            Investasi asing adalah bagian dari MNC, bagaimanapun itu hanyalah persenan dari “bongkah es” globalisasi produksi. Perusahaan-perusahaan seperti Nike dan Gap tidak memiliki pabrik asing yang memproduksi produk mereka, mereka menggunakan kontraktor yang bekerja sesuai spesifikasi mereka. Perusahan-perusahan tersebut mengkontrol rantai nilai global – rentetan aktivitas melalui teknologi beserta input material dan tenaga kerja dan kemudian dipasang, dipasarkan, dan didistribusikan (Gereffi dkk, 2005: 79) – dan sementara mereka memegang dan menggunakan kekuatan yang luar biasa, bukan merupakan hasil dari kepemilikan dari FDI (Foreign Direct Investment).
            Rantai nilai global merupakan determinan yang penting bagi siapa yang mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana dalam ekonomi global. Terdapat dua sisi dilematis bagi produksi global. Dari perspektif negara rumah (negara tempat asal perusahaan) pertanyaan kuncinya adalah apa yang akan terjadi jika produksi berpindah ke negara lain sebab perpindahan investasi akan berpotensi menyebabkan perpindahan pekerjaan, teknologi, dan profit antarbatas negara. Kemudian menciptakan ketakutan efek “hollowing out” yang mengarah pada aliran pekerjaan, teknologi, dan profit kepada negara lain yang tak dapat dikendalikan. Sementara dari negara host (negara tempat perusahaan berada, arah tujuan FDI, dan outsourcing) yang menjadi pertanyaan adalah apakah mereka dapat menangkap aktivitas tambahan nilai tingi atau justru menciptakan ketergantungan pada MNC sementara mereka terjebak pada aktivitas bernilai rendah. Akankah MNC berkontribusi dalam jangka panjang pada ekonomi lokal atau justru menghalanginya.


Referensi

Thun, Eric. 2008. “The Globalization of Production”, dalam John Ravenhill, Global Political Economy, Oxford: Oxford University Press, pp.346-372